Petualang Kamojang Ke-13


Hallo hai hallo hai !!
Selamat datang di blog saya. Selamat menikmati perjalanan imajiner yang akan saya persembahkan kemudian. Sebelum terbang, mari kita kencangkan sabuk khayalan kita dengan sedikit visualisasi perjalanan yang akan melengkapi petualangan kita.
Oke, petualangan, dimulai.

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya telah tiba. Untuk pertama kalinya, aku akan "mendaki" sebuah gunung, yang telah akrab kudengar sejak kecil. Di mana gunung itu merupakan gunung satu-satunya di Indonesia yang diberdayakan sebagai perusahaan gas alam (kalau ga salah). Dia adalaaaaah,, jreng jreeeng!!!

Gunung ...

KAMOJANG

Oke, akan saya jelaskan terlebih dahulu profil Gunung Kamojang ini. Menurut Wikipedia, Gunung Kamojang, dikenal luas dengan nama Kawah Kamojang yang merupakan sumber panas bumi di Jawa Barat, Indonesia. Dalam sejarahnya, Kamojang dikenal sebagai gunung berapi yang bernama Gunung Guntur, kawah ini dikelompokkan dalam gunung berapi aktif karena aktivitas panas buminya.

(Silakan nikmati kembali petualangan Anda.)

Pagi itu aku bersiap bersama sepupuku. Mengepak makanan (mie instan saja maksudnya) dan dua botol air mineral, menyiapkan sarung, jaket dan kaos kaki. Aku dan saudaraku berpikir bahwa kami tidak ingin ribet dan terlalu banyak membawa barang. Setelah selesai dan mengepal uang setidaknya aku punya Rp 20.000 waktu itu, kami berangkat dari Kp. Panggilingan Rt 03/Rw 06 Desa Tanggulun Kecamatan Ibun Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat Pulau Jawa Negara Indonesia #pusing ga' tuh? haha

Yap, kita naik angkot ke Paseh. Paseh itu perkampungan terakhir, perkampungan terdekat dengan Kamojang. Setelah sampai di Paseh kita menunggu kawanan lainnya untuk melanjutkan perjalanan mendaki Danau Ciarus yang katanya indah itu. Oiya di atas aku memberi tanda kutip di kata mendaki. Itu karena sebelumnya aku pernah ke Kamojang juga, ke Danau Cibeureum, tapi naik motor dengan paman dan sepupuku yang lain.

Nah, setelah kawanan datang, kami ber-13 menunggu angkot ke Kamojang. Cukup lama waktu yang dibutuhkan untuk menunggu dan mencari angkot tersebut. Perjalanan ke Kamojang itu jauh dan jalan aspalnya berkontur menanjak. Tidak ada turunan, jalannya terus menanjak dan ada satu tanjakan yang luar biasa terkenalnya. Tanjakan Monteng. Tidak sembarang mobil dan motor yang sanggup melewati tanjakan yang satu itu. Mobil atau motor yang belum dimodip akan sangat kesulitan dan membutuhkan waktu yang lama untuk berhasil melewati tanjakan Monteng. BTW, kenapa coba dinamai Tanjakan Monteng? Aku pernah menanyakannya pada Ibuku, dia menjawab, mungkin karena telinga orang kita itu unik, apa yang harusnya disebut sebagai mountein malah jadinya monteng. Hahaha haha.
#Itu sih budeg, bukan unik.

Naik angkot berdesakan, tegang dan terus berdo'a supaya selamat

 Perusahaan pemberdaya panas bumi Gunung Kamojang

Tolong diabaikan saja itu orang yang sedang eksis di foto haha

Sesampainya di Kamojang, hati kami lega sekali, perjalanan tadi sangat tegang soalnya. Dari situ kami berjalan cukup lama hingga menemukan jalan masuk khusus untuk mendaki gunung.
Kami harus melewati pipa-pipa besar nan panas sepanjang jalan menuju jalan masuk khusus itu.

Pemanfaatan panas bumi Gunung Kamojang

Maaf, numpang eksis katanya hehe

Saya juga pengen eksis katanya


Selama petualangan yang melelahkan ini aku selalu terdepan dalam berjalan. Pertama sepupuku yang sudah sering ke Danau Ciarus, kedua aku, lalu disusul kawanan yang lainnya. Sampai sekarang aku tak heran kenapa aku mampu mendaki sejauh dan seterjal itu. Dibalik ada alasan tersembunyi kenapa aku selalu ingin berjalan di depan. Dan ternyaaataaaa.

Tan!!! Tadda!!!
Aku masih langsing. Nomor celana jeans ku masih 28.

Dulu aku masih langsing. Jadi tidak terlalu menanggung berat berlebih. Haha

Perjalanan selama kurang lebih dua jam dengan jalanan yang becek dan sempit itu kami mendapatkan banyak cobaan. Mulai dari kekurangan air dan makan, terbatasnya kekuatan pendaki dan terutama salah seorang di antara kami ber-13, ada seseorang (sebut saja Boy) yang memang tidak terbiasa capek berlebihan. Sepanjang jalan Boy sering jatuh. Tapi alhamdulillah kita saling membantu dan tenggangrasa. Sehingga kami bisa mencapai puncak dengan selamat.




Semangat Boy, sang kekasih selalu disisimu ko :)




Jalanan yang kami lalui benar-benar terjal. Kami harus menaikkan kaki kami tinggi-tinggi untuk menggapai tanah di atasnya dan melanjutkan perjalanan. Tongkat kayu dari alam selalu berada di tangan kita, bagaikan kaki kami yang ketiga, tongkat itu sangat membantu kami. Terima kasih tongkat. Semoga kau tenang di alam sana. Amin.

Oiya yang paling menarik itu, sepanjang perjalanan, kami bersenang-senang memegang pohon-pohon dan tumbuhan di sekitarnya. Mereka dingin, nyess di tangan, kayak yang dimasukin ke kulkas loh. Pas dipegang kayak ber-es gitu. Seruu kaan.


Akhirnya,
Kami sampai.
Alhamdulillah.
Dan inilah ekspresi riang dan gembira para personel ketika telah dekat dengan tempat tujuan.

Capek euy!

Asik tepi ogee :D

Teu sia-sia oge euy kuring mamawa hui ka leuweung! hahay *tringg

 Aku kenalkan, ke-12 petualang berapi, (fotografer: Gilang Nur Aulia Ma'ruf, yang paling eksis, buktinya dapat dilihat di atas) dilihat dari kanan foto yah, Haris Setiawan, Arif Armando, Ahmad Nuryana, Muhammad Rizky Aldimas (sepupuku), Apri, Iis Siti Aisyah, Renata Azhari (aku, yang dari tadi cerita), Eli Sariningsih, Nia Danila, Salvian, dan Derry. Ada satu lagi, Nanda Firdaus, aku gatau dia ke mana pas foto ini diambil.

Narsis dulu sebelum masang tenda aah :3



Benar.
Indaaaaaaahh.
Inilah rasanya berada di puncak Gunung Kamojang dengan Danau Ciarus, sederhana namun memikat dan sedikit seram sebenarnya.



Oke cukup. Jadi merinding kalo inget.

Kami lalu memasang tenda dan mencari sumber mata air.
Kemudian membangun tenda. (Baca: tenda, bukan rumah tangga) hihihi :D

 Itu aku yang lagi berdiri pake jeans abu dan penampakan yang di dalam tenda itu Eli, haha

Ahmad Nuryana, Nanda Firdaus, Salvian

Eksis eperiwer broo, haha.
Kita kan membuat tenda di bagian agak atas, kita kira kita harus aman dengan agak jauh dari tepi danau. Tetapi bahaya lebih besar mengancam kami. Ada sejenis babi atau rubah, entah apalah itu aku tidak melihatnya secara langsung, hewan itu hampir mau masuk ke tenda. Serem bangetlah pokoknya. Banyak hewan liar yang berkeliaran. Kami pindah tenda jadi ke bawah, biar dekat dengan danau gapapa yang penting selamat dari hewan buas. Menjelang malam kita masih berkutat dengan tenda, sehingga menyulitkan penglihatan dengan cahaya yang semakin berkurang. Hanya menggunakan senter dari bensin kami berhasil menyelesaikannya.
Untung di sana ada satu pedagang. Satu aja. Ga banyak pedagang kayak di pasar. Mamangnya minjemin kitel buat masak nasi. Nasi di masak, mie dikremes. Kita makan dan minum seadanya.
Parahnya kita datang ke sana akhir Desember tahun 2010. Pas musim hujan. Yaa malam-malam yang harusnya kita nikmati jadi basah-basahan. Mana gabawa apa-apa. Tas itu terhitung kosong. Yah alhasil semaleman menggigil dan gabisa tidur.
Bagianku di dalam tenda disisi dekat tenda banget nih. kebetulan di atas kepala aku ada jendela jadi aku bisa lihat langit luar dan segenap pohon-pohon hitam menjulang ke angkasa. Gatau jam berapa itu aku mulai mikir dan ngomong sompral. Aku dimarahi. Eli marah sekali. Dan aku ga ngerti kenapa mereka memarahiku. Sekarang aku tahu kenapa. hehe.

Tiktok. Tiktok. Tiktok. Kongkorongoookk!!
Suara ayam ? Di leuweung ? Maeunya ?
Eh lupa, gada suara ayam kongkorongok, hehe

Hangat mentari yang kami rindukan. Rasanya tidak pernah serindu ini terhadap sinar mentari.

Eli, Iis, Aku, Aldy

 Pemandangan yang indah

 Pohon-pohon yang menjulang ke angkasa

Tiris kang ? :v
Salvian, Apri, Haris, Derry, Mando

 Menikmati hangatnya mentari dan dinginnya air sungai di puncak G. Kamojang
Apri, Aldy, Aku, Mando, Eli, Haris

 Atas: Apri, Haris, Derry, Salvian
Bawah: Aldy, Mando, Ahmad Nuryana

Bagus fotonya Ris :)

Ayo kita pulang. Mari kita berdo'a. Mari kita mengabadikan diri bersama dengan seluruh semesta.

Mando, Nanda, Eli, Salvian, Nia, Ahmad Nuryana

Perjalanan pulang, sudah memasuki kawasan geothermal Kamojang


~ Alhamdulillah ~

Atos rengse
Eta we
Teu aya deui da
Hehe
Hatur Nuhun


Narasi oleh :
Renata Azhari
FB: Renata Azhari
Twitter: @RenaMahawijaya

Komentar